Tpd9BSW5TUzlBSd5GUAlGfr6Td==
Gebyar HUT 135 Kota Sawahlunto Gelar Stasiun Kroncong”, Iven Pemajuan Kebudayaan Di Kota Warisan Dunia

Gebyar HUT 135 Kota Sawahlunto Gelar Stasiun Kroncong”, Iven Pemajuan Kebudayaan Di Kota Warisan Dunia

Table of contents
×
Gebyar HUT 135 Kota Sawahlunto Gelar
Stasiun Kroncong”, Iven Pemajuan Kebudayaan Di Kota Warisan Dunia

Sawahlunto.Tribuntujuhwali.com
Stasiun Kroncong adalah nama sebuah Event Budaya di Kota Sawahlunto, kota yang telah ditetapkan Sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tanggal 6 Juli 2019 di Kota Baku Azerbaijan karna proses penambangan Batu Bara didaerah tersebut telah turut membangun kebudayaan dunia pada saat itu.

Adapun Musik keroncong adalah salah satu kesenian yang tidak terlepas dari mobilisasi tenaga kerja atau buruh baik tenaga kontrak maupun pekerja paksa sejak era kolonial Belanda yang secara tidak langsung membawa kebudayaan masing-masing yang melekat pada diri mereka. Pada periode-periode selanjutnya yaitu masa pertambangan, Kesenian ini juga menjadi kebutuhan hiburan bagi para pejabat dan masyarakat saat itu, sehingga group-group keroncong juga dihadirkan langsung dari pulau Jawa.

Ensamble musik Keroncong terdiri dari sepasang gitar kecil yang disebut Cak dan Cuk, berfungsi sebagai pengiring acord dasar dari lagu lagu yang dimainkan, accord pada Cak dimainkan dengan ritme-ritme cenderung pada Up bit atau ketukan keatas, sedangkan Cuk dimainkan pada ketukan pola kebawah. Instrument lainnya adalah Bass besar atau contra bass, Cello atau biasa disebut pemain keroncong Sawahlunto dengan istilah Seli, untuk pembawa melodi saling bergantian Biola dan Gitar akustik. Sebagaian besar group keroncong lainnya menambahkan instrument-instrument melodis untuk memperkaya warna bunyi.

Istilah Stasiun Keroncong akan menimbulkan berbagai persepsi ketika mencoba mengartikan rangkaian kata tersebut dan menjadikannya sebuah event peristiwa budaya. Kita bisa mengartikannya dengan sebuah stasiun dimana diputarkannya berbagai macam lagu-lagu atau musik keroncong, atau juga sebagai muara tempat dimana masyarakat pendukung kesenian ini dapat mengapresiasi musik keroncong sebagai hiburan.

Kembali ke penetapan UNESCO, Warisan Tambang Batu Bara Ombilin (WTBOS), setelah berjalan selama 4 (empat) tahun lebih, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, melakukan penguatan ekosistem WTBOS terhadap 7 (tujuh) Kab/Kota yang menjadi jalur distribusi Batubara dan sebagai daerah penyangga WTBOS tersebut. Sawahlunto sebagai Area A atau area utama, mendapat program Aktivasi yang berjudul “Galanggang Arang” dengan Tema “Anak Nagari Merayakan Warisan Budaya Dunia” dengan berbagai agenda perhelatan budaya, salah satunya adalah Event “Stasiun Keroncong”.

Dilaksanakan di kawasan Museum Kereta api Sawahlunto pada tanggal 3 Desember 2023, dimulai pada pukul 20.00 WIB. Menghadirkan 5 (lima) Group musik ber genre Keroncong ditambah satu Kelompok Musik Drumband dari SDN 10 Tanah Lapang Sawahlunto sebagai Musik seremoni pembukaan Acara. Group musik yang diberikan kesempatan pada Panggung istimewa hasil kurasi dari para Kurator event ini adalah, Group Musik De Oemar Bakri (DOB) dari Kota Bandung, Group Musik Limpapeh dan Group Musik Gambang dari Kota Padang, disempurnakan dengan group Lokal, Orkes Keroncong Buana Lestari dan Orkes Keroncong Setia Abadi.

Pendanaan kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh Kemendikbudristek RI yang dalam pelaksanaannya berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Sawahlunto bersama Komunitas-komunitas Pendukung yang aktif seperti Indonesia Creative City Network (ICCN), Pusakota, Sawahlunto Creative Forum (SCF), Nuraga Budaya, Frame Story, Komunitas Kuali, 1112 Creative, R&R Content.

Untuk Gong kegiatan diawali dengan Voice Over yang di playback dari Sound system dengan suana panggung dan sekitar gelap dengan penurunan intensitas cahaya dari lighting panggung, sesuai dengan arahan Show Director, terdengar berbagai informasi terkait pertunjukan diantarnya tata pengambilan video dan foto oleh pengunjung dan juga tentu himbauan untuk sama-sama menjaga kebersihan lokasi.

Aba-aba mayoret cilik direspon sekitar 70 (tujuh puluh) pemain Drumband yang terdiri dari putra dan putri asal sekolah SDN 10 Tanah Lapang Sawahlunto dengan membentuk formasi pertunjukan Marching Band, memainkan 3 aransemen lagu pilihan sekaligus apresiasi pada para peserta drumband untuk turut mempresentasikan karya-karya mereka yang telah juga menjadi yang terbaik pada event Sawahlunto Drumband Comptetition 2023 pada 26 November 2023 di Lapangan Bola Ombilin Sawahlunto.

Sapa ramah hangat, sepasang MC menyebutkan satu persatu tamu-tamu VIP yang hadir tampak telah duduk bercengkrama sambil menikmati aneka kuliner tradisional yang disiapkan ada jagung rebus, pisang rebus, kacang goreng tentunya membuat kenikmatan sendiri untuk menikmati sajian pertunjukan demi pertunjukan, hadir Kapokja Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Kepala Balai Pelestarian Wilayah 3 Sumatra Barat, PJ Walikota Sawahlunto, Kepala Dinas Kebudayaan Sawahlunto dan juga hadir tamu-tamu undangan Dinas yang membidangan Kebudayaan dari 7 Kab/Kota jalur WTBOS.

Roll semua instrument petik menjadi penanda masuknya 2 orang penyanyi dilanjutkan dengan intro yang bagi sebagian besar masyarakat Sawahlunto pencinta lagu-lagu daerah sangat kenal dengan melodi ini, Lagu Sawahlunto Idaman dibawakan penyanyi cilik Hani dan Ruben yang menceritakan potensi Sawahlunto dari segi Budaya dan Pariwisata, dengan gaya Keroncong secara luwes mereka dendangkan diiringi Cak, Cuk, Cello, Keyboard, Conta Bass dan Guitar, lanjut dengan Lagu Minang Pasan Mande, dan 3 lagu berikutnya Tangih di Rantau, lagu Pop Batak Sai Anju Ma Au, dan Rangkaian Melati lagu Keroncong dimainkan dengan apik oleh team

Lanjut stage dinaiki sekitar sepuluh personel dengan aneka instrument terdiri dari alat musik petik, tiup dan pukul dari group kesenian Gambang Himpunan Tjinta Teman Kota Padang, diawali dengan pantun oleh dengan bahasa minang oleh ketua group menyampaikan ucapan terimakasih atas apresiasi Pemerintah Kota Sawahlunto dan Panitia Pelaksana yang telah memberikan kesempatan dan mengangkat kembali kesenian gambang ini yang telah lama ditinggalkan oleh seni musik gaya baru. Dengan format instrument 3 buah gitar, 2 buah ukulele, 1 biola, 1 contra bass, dan satu alat pukul mirip kolintang group gambang memainkan instrumentalia wajib yang harus dibawakan setiap mengawali pertunjukan gambang, lagu berikut dibawakan berjudul Pepito, salah satu lagu latin yang cukup populer di tahun 70an di aransir ulang, membawa memori ke kenangan masa lalu. interlocking antar instrument serta pengolahan dinamika bunyi menjadikan sebuah komposisi utuh yang asyik untuk dinikmati sambil menikmati segelas kopi ditengah turunnya rinai di tengah pertujukan. Lagu Minangpun dibawakan alah Gambang seperti lagu Lansek Manih, sebagai lagu yang dianggap mewakili Sawahlunto dan Sijunjung, dipersembahkan kepada para pengunjung.


Penampil ketiga menaiki panggung, group Limpapeh dari Kota Padang dengan personil 4 (empat orang yang terdiri dari Pemain Keyboad, Violin, Bass dan Vokalis, yang dikomandoi oleh Ioqo, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi pada event ini, karena ini satu-satunya festival musik keroncong di luar Pulau Jawa. Limpapeh memberikan Tawaran format baru kepada para Penikmat Stasiun Keroncong sebagai upaya pengembangan dalam hal pelestarian, di Awali dengan lagu Bundo, Hj. Sastri Bakri tembang keroncong Setangkai Bunga Mawar, dilanjut dengan lagu Minangkabau lagu yang sangat familiar dinyanyikan bersama pengunjung.

Pada kesempatan keempat, kembali ke tuan rumah Orkes Keroncong Buana Lestari menampilkan musik hibrid keroncong. Melalui lagu Minang Nasib Sawahlunto versi keroncong, OK Buana Lestari memberikan sentuhan Bansi alat triup tradisional Minangkabau larut dalam aransemen musiknya. Orkes Buana Lestari juga pernah diberi kesempatan di Panggung Spektakuler Solo Keroncong Festival 2022 di Kota Solo, lebih lengkap dari format sekarang, mereka menambahkan ansamble talempong pada setiap aransemen lagu-lagu keroncong yang dibawakan. pada kali ini ada 4 lagu pamungkas yang ditampilkan, lagu berjudul nasi goreng di penghujung dapat mencairkan suasana dengan mengajak penonton ikut bernyanyi dan bergoyang bersama.



Untuk pamungkas, saatnya panggung diserahkan kepada Bintang Tamu dari Kota Bandung, De Oemar Bakri. Kelompok musik keroncong yang terdiri dari perkumpulan guru-guru di Kota Kembang mampu menghipnotis pengunjung festival. Formasi pemain keroncong disini ditambah dengan kehadiran alat musik tiup sebangsa keluarga terompet. Lagu-lagu dibawakan juga lagu-lagu yang enerjik, membuat secara spontan pengunjung dan panitia terpancing ke tengah lapangan tanpa menghiraukan hujan yang juga seperti mengikuti dinamika pertunjukan, kadang naik dan kadang turun.

Apresiasi dari bergagai pihak untuk penyelenggaraan kegiatan ini, karna memang kehadiran Musik Keroncong di Kota ini erat kaitannya dengan sejarah dan Kebudayaan Kota Tambang ini. Semoga tak lama untuk menunggu kegiatan selanjutnya seperti satu dekade sebelumnya. harapan ini tertumpang kepada Kemendikbudristek RI agar kembali melanjutkan kegiatan ini ditahun-tahun berikutnya.

(Yanto.Tribuntujuhwali.com)

0Comments

Special Ads
Special Ads
Special Ads